Bioinsektisida adalah bahan-bahan
alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan,
memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang dapat
memengaruhi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan bahan-bahan yang berasal
dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan
insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida. Alternatif ini dianggap
perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat
berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan
perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang
dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi
secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp.
(rotenon). Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan
masalah penggunaan insektisida sintetik . Hal ini dikarenakan aplikasi
bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain
itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa
produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik. Peningkatan
permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen
melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik Hal inilah yang menjadi keunggulan bioinsektisida.
Tujuan dibuatnya bioinsektisida ini adalah
untuk mengetahui apakah bioinsektisida yang
telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat, untuk mengetahui pengaruh bioinsektisida dari daun jeruk,
seledri, dan sirih terhadap jentik-jentik nyamuk, dan untuk mengetahui mana
yang lebih efektif untuk membuat jentik-jentik nyamuk cepat mati dari ketiga
bioinsektisida tersebut. Sedangkan manfaat dari pembuatan bioinsektisda ini
adalah dapat membuat bioinsektisida yang aman digunakan oleh masyarakat,
menambah wawasan membasmi jentik-jentik nyamuk dengan bahan alami yang aman
bagi kesehatan manusia, dan dapat membantu masyarakat untuk membasmi
jentik-jentik nyamuk yang terdapat di dalam air bak kamar mandi. Namun, adapun
batasan masalahnya, yaitu pada penelitian ini hal yang diuji adalah Serangga.
Sedangkan serangga yang diujikan adalah Serangga berjenis jentik-jentik nyamuk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
bioinsektisida antara lain: Daun jeruk, daun seledri, daun sirih, jentik-jentik
nyamuk, dan alkohol. Daun jeruk mengandung aroma minyak esensial sejenis citrus
dan sitronela. Karena mengandung sitronela, aroma daun jeruk mampu digunakan
untuk mengusir nyamuk. Daun jeruk juga berfungsi untuk menjaga kesehatan gigi
agar terhindar dari karies. Daun jeruk juga ampuh untuk meredakan kembung dan
mual. Daun jeruk juga berkhasiat untuk proses detoksifikasi dalam tubuh.
Sedangkan untuk kuliner, daun jeruk berfungsi untuk menambah aroma dan memberi
rasa asam dalam masakan. Biasanya daun jeruk digunakan dalam masakan bersantan
seperti rendang. Daun jeruk sebagai perasa makanan, digunakan dalam olahan
keripik, contohnya keripik tempe rasa daun jeruk. Daun jeruk juga digunakan
sebagai garnish atau penghias dalam hidangan makanan. Seledri adalah tumbuhan
serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai sayuran, daun,
tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai lalap,
atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam
sup lainnya, atau juga bubur ayam. Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan
obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani
Klasik dan Romawi sebagai "penyejuk perut". Veleslavin (1596) memperingatkan
agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat mengurangi air susu.
Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya adalah
sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan
(karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan
pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). Namun, seledri berpotensi
menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka. Penderita radang ka'al tidak
dianjurkan mengonsumsinya. Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen
mudah menguap dari minyak atsiri yang dikandung[1], paling tinggi pada buahnya
yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida
sebagai pembawa aroma utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti
graveobiosid A (1-2%) dan B (0,1 - 0,7%), serta senyawa golongan fenol.
Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin.
Kandungan asam lemak utama adalah asam
petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung steroid seperti
stigmasterol dan sitosterol. Suatu enzim endonuklease yang disebut Cel1 juga
diekstrak dari seledri dan dipakai dalam suatu teknik biologi molekular yang
disebut Tilling. Sirih merupakan
tanaman asli Indonesia yang
tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan
buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur. Namun mengunyah sirih telah
dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan
pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Juga kapurnya mebuat pengerutan
gusi (periodentitis) yang dapat membuat gigi tanggal,
walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik pencegah gigi berlubang. Sirih
digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka);
sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu. Di Indonesia,
sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat
Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya
saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis
penyakit. Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia,
dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias. Minyak atsiri dari daun sirih
mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan
zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan
fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang
ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan,
menyembuhkan luka pada kulit, dan
gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan
dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya
untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle,
dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain
itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati
untuk mengendalikan hama penghisap. Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap
larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau
"menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama
"jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal
pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.). Jentik menjadi
sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit menular melalui nyamuk, seperti malariadan demam berdarah dengue. Di
beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan sebagai
pakan ikan hias. Alkohol 70% merupakan cairan yang mengandung 70% etil alkohol
(CH3CH2OH) dan 30% air. Etil alkohol (etanol) membunuh bakteri melalui 2 cara,
yakni denaturasi protein dan pelarutan membran lemak. Protein merupakan salah
satu penyusun dari sel bakteri. Protein berperan penting di dalam sel. Jika
diibaratkan, protein adalah mesin dari sel. Protein pada sel bakteri ini akan
bekerja dengan baik jika larut dalam air. Pada saat terdapat etanol di dalam
lingkungan sel bakteri, maka kelarutan protein akan menurun.
Pembuatan bioinsektisida ini menyiapkan alat diantaranya adalah sebagai
berikut; gelas ukur 1 ukur, gelas beaker 1 buah, corong 1 buah, kertas saring 3
buah, blender 1 buah, oven 1 buah, botol kaca 3 buah, dan timbangan 1 buah. Sedangkan
bahannya yaitu sebagai berikut; daun jeruk 25 gram, daun seledri 25 gram, daun
sirih 25 gram, jentik-jentik nyamuk, alkohol 70%, dan aquades. Setelah alat dan
bahan sudah disiapkan maka kita akan lakukan cara kerjanya, yaitu langkah
langkahnya yaitu yang pertama – tama adalah imbang dahulu daun jeruk, seledri,
dan sirih sebanyak 25 gram masing-masingnya. Lalu, Cuci 25 gram daun jeruk,
seledri, dan sirih. Kemudian jemur hingga kering. Setelah kering blender semua
daun-daun tersebut secara bergantian hingga berbentuk bubuk. Masukkan serbuk-serbuk
tersebut kedalam botol kaca secara terpisah dan tambahkan alkohol 70% sebanyak
50 mL di tiap-tiap botol. Aduk dan diamkan selama 24 jam dalam keadaan
tertutup. Kemudian hasil tersebut disaring, lalu panaskan filtratnya dengan
cara di oven selama 1 jam, didinginkan. Hasil saringan (filtrat) tersebut
didiamkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, ambil 10 mL ekstrak daun- daun
tersebut kemudian tambahkan dengan 10 mL air. Ambil 5 mL dari hasil pengenceran
tersebut, lalu tuangkan ke dalam botol kaca yang berisi jentik-jentik nyamuk.
Setelah itu, amati dalam waktu 5 menit. Yang terakhir, Catatlah apa yang terjadi.
Adapun variabel didalam praktikum pembuatan bioinsektisida ini, yang pertama
yaitu variabel manipulasi. Variabel manipulasi disini adalah jenis-jenis pada daun,
yaitu daun jeruk, daun seledri, dan daun sirih. Yang kedua yaitu variabel
kontrol. Variabel kontrol disini adalah berat daun, volume alkohol, kadar
alkohol, jumlah jentik-jentik nyamuk, dan volume air. Yang ketiga yaitu
variabel respon. Variabel respon disini adalah keefektifan bioinsektisida
terhadap jentik-jentik nyamuk. Di dalam praktikum ini juga terdapat definisi
operasional nya yaitu keefektifan bioinsektisida terhadap jentik-jentik nyamuk
dilihat dari pengujian selama 5 menit berapa banyak jumlah jentik-jentik nyamuk
yang mati. Selanjutnya, praktikum tidak lepas dari data, darimana data itu
diambil dan sebagainya. Nah disini ada tekniknya yaitu data diperoleh melalui
jumlah jentik-jentik nyamuk yang mati dengan bioinsektisida dari daun jeruk,
seledri, dan sirih yang diuji selama 5 menit. Kalo ada teknik perolehannya
pasti ada teknik analisis nya, teknik analisis data nya yaitu semakin banyak jentik-jentik nyamuk yang mati
maka semakin efektif pula bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan sirih.
Hasil dari praktikum bioinsektisida ini adalah bioinsektisida jenis daun
jeruk yaitu, jumlah jentik-jentik nyamuk yang mati sebanyak 7 ekor dalam waktu
5 menit. Bioinsektisida jenis daun seledri yaitu, tidak ada jentik-jentik
nyamuk yang mati dalam waktu 5 menit. Dan bioinsektisida jenis daun sirih
yaitu, jumlah jentik-jentik yang mati sebanyak 10 ekor dalam waktu 5 menit. Daun
Sirih dan daun jeruk dapat bekerja secara efektif mematikan jentik-jentik
nyamuk karena, didalam daun sirih terdapat kandungan minyak atsiri yang
didalamnya terdiri dari fenol dan alkaloid sebagai daya pembunuh bakteri,
antioksidan, fungisida, dan anti jamur. Sedangkan kandungan didalam daun jeruk
terdapat limonoid yang bekerja menghambat pergantian kulit pada larva, hal ini
dimaksudkan menghambat pertumbuhan larva. Kesimpulannya, pertama, bioinsektisida
yang telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat kecuali bioinsektisida dari
daun seledri. Kedua, pengaruh bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan
sirih, terhadap jentik-jentik nyamuk yaitu, jentik-jentik mati secara efektif
kecuali bioinsektisida dari daun seledri. Karena, tidak ada jentik-jentik yang
mati satupun. Dan ketiga, dari ketiga bioinsektisida tersebut, yang paling
efektif untuk membuat jentik-jentik nyamuk cepat mati yaitu bioinsektisida dari
daun sirih. Adapun saran-saran, yaitu dengan
adanya pembuatan bioinsektisida alami dari daun jeruk, seledri, dan sirih
masyarakat akan lebih terhindar dari penyakit. Karena bahan-bahannya tidak
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi tubuh manusia. Adapun tanaman
lain yang dapat digunakan menjadi alternatif bioinsektisida, yaitu dari tanaman
bawang merah, bawang putih, bengkuang, dan cabai. Anda dapat mencobanya dengan
cara yang sama tetapi bahan utama bioinsektisidanya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
BY : CHESA PUTRI MEUTIA ( XII IPA 3
/ 12 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar