Selasa, 06 Maret 2018

BIOINSEKTISIDA DARI DAUN JERUK, SELEDRI, DAN SIRIH






Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktivitas lainnya yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida. Alternatif ini dianggap perlu karena kandungan residu insektisida sintetik yang dianggap dapat berakibat fatal, bukan hanya terhadap kesehatan tetapi juga merugikan perdagangan karena ditolaknya produk pertanian yang diekspor. Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon). Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah penggunaan insektisida sintetik . Hal ini dikarenakan aplikasi bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik. Peningkatan permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik Hal inilah yang menjadi keunggulan bioinsektisida. Tujuan dibuatnya bioinsektisida ini adalah  untuk mengetahui apakah bioinsektisida yang telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat, untuk mengetahui  pengaruh bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan sirih terhadap jentik-jentik nyamuk, dan untuk mengetahui mana yang lebih efektif untuk membuat jentik-jentik nyamuk cepat mati dari ketiga bioinsektisida tersebut. Sedangkan manfaat dari pembuatan bioinsektisda ini adalah dapat membuat bioinsektisida yang aman digunakan oleh masyarakat, menambah wawasan membasmi jentik-jentik nyamuk dengan bahan alami yang aman bagi kesehatan manusia, dan dapat membantu masyarakat untuk membasmi jentik-jentik nyamuk yang terdapat di dalam air bak kamar mandi. Namun, adapun batasan masalahnya, yaitu pada penelitian ini hal yang diuji adalah Serangga. Sedangkan serangga yang diujikan adalah Serangga berjenis jentik-jentik nyamuk.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan bioinsektisida antara lain: Daun jeruk, daun seledri, daun sirih, jentik-jentik nyamuk, dan alkohol. Daun jeruk mengandung aroma minyak esensial sejenis citrus dan sitronela. Karena mengandung sitronela, aroma daun jeruk mampu digunakan untuk mengusir nyamuk. Daun jeruk juga berfungsi untuk menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari karies. Daun jeruk juga ampuh untuk meredakan kembung dan mual. Daun jeruk juga berkhasiat untuk proses detoksifikasi dalam tubuh. Sedangkan untuk kuliner, daun jeruk berfungsi untuk menambah aroma dan memberi rasa asam dalam masakan. Biasanya daun jeruk digunakan dalam masakan bersantan seperti rendang. Daun jeruk sebagai perasa makanan, digunakan dalam olahan keripik, contohnya keripik tempe rasa daun jeruk. Daun jeruk juga digunakan sebagai garnish atau penghias dalam hidangan makanan. Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam sup lainnya, atau juga bubur ayam. Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai "penyejuk perut". Veleslavin (1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat mengurangi air susu. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). Namun, seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka. Penderita radang ka'al tidak dianjurkan mengonsumsinya. Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri yang dikandung[1], paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%) dan B (0,1 - 0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam lemak utama adalah  asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol. Suatu enzim endonuklease yang disebut Cel1 juga diekstrak dari seledri dan dipakai dalam suatu teknik biologi molekular yang disebut Tilling. Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambirpinangtembakau dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Juga kapurnya mebuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik pencegah gigi berlubang. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu. Di Indonesia, sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian tanaman sirih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap. Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai (en)cuk atau uget-uget (Jw.). Jentik menjadi sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit menular melalui nyamuk, seperti malariadan demam berdarah dengue. Di beberapa tempat, jentik-jentik juga dikumpulkan orang dan dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias. Alkohol 70% merupakan cairan yang mengandung 70% etil alkohol (CH­3CH2OH) dan 30% air. Etil alkohol (etanol) membunuh bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan pelarutan membran lemak. Protein merupakan salah satu penyusun dari sel bakteri. Protein berperan penting di dalam sel. Jika diibaratkan, protein adalah mesin dari sel. Protein pada sel bakteri ini akan bekerja dengan baik jika larut dalam air. Pada saat terdapat etanol di dalam lingkungan sel bakteri, maka kelarutan protein akan menurun.
Pembuatan bioinsektisida ini menyiapkan alat diantaranya adalah sebagai berikut; gelas ukur 1 ukur, gelas beaker 1 buah, corong 1 buah, kertas saring 3 buah, blender 1 buah, oven 1 buah, botol kaca 3 buah, dan timbangan 1 buah. Sedangkan bahannya yaitu sebagai berikut; daun jeruk 25 gram, daun seledri 25 gram, daun sirih 25 gram, jentik-jentik nyamuk, alkohol 70%, dan aquades. Setelah alat dan bahan sudah disiapkan maka kita akan lakukan cara kerjanya, yaitu langkah langkahnya yaitu yang pertama – tama adalah imbang dahulu daun jeruk, seledri, dan sirih sebanyak 25 gram masing-masingnya. Lalu, Cuci 25 gram daun jeruk, seledri, dan sirih. Kemudian jemur hingga kering. Setelah kering blender semua daun-daun tersebut secara bergantian hingga berbentuk bubuk. Masukkan serbuk-serbuk tersebut kedalam botol kaca secara terpisah dan tambahkan alkohol 70% sebanyak 50 mL di tiap-tiap botol. Aduk dan diamkan selama 24 jam dalam keadaan tertutup. Kemudian hasil tersebut disaring, lalu panaskan filtratnya dengan cara di oven selama 1 jam, didinginkan. Hasil saringan (filtrat) tersebut didiamkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, ambil 10 mL ekstrak daun- daun tersebut kemudian tambahkan dengan 10 mL air. Ambil 5 mL dari hasil pengenceran tersebut, lalu tuangkan ke dalam botol kaca yang berisi jentik-jentik nyamuk. Setelah itu, amati dalam waktu 5 menit. Yang terakhir, Catatlah apa yang terjadi. Adapun variabel didalam praktikum pembuatan bioinsektisida ini, yang pertama yaitu variabel manipulasi. Variabel manipulasi disini adalah jenis-jenis pada daun, yaitu daun jeruk, daun seledri, dan daun sirih. Yang kedua yaitu variabel kontrol. Variabel kontrol disini adalah berat daun, volume alkohol, kadar alkohol, jumlah jentik-jentik nyamuk, dan volume air. Yang ketiga yaitu variabel respon. Variabel respon disini adalah keefektifan bioinsektisida terhadap jentik-jentik nyamuk. Di dalam praktikum ini juga terdapat definisi operasional nya yaitu keefektifan bioinsektisida terhadap jentik-jentik nyamuk dilihat dari pengujian selama 5 menit berapa banyak jumlah jentik-jentik nyamuk yang mati. Selanjutnya, praktikum tidak lepas dari data, darimana data itu diambil dan sebagainya. Nah disini ada tekniknya yaitu data diperoleh melalui jumlah jentik-jentik nyamuk yang mati dengan bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan sirih yang diuji selama 5 menit. Kalo ada teknik perolehannya pasti ada teknik analisis nya, teknik analisis data nya yaitu  semakin banyak jentik-jentik nyamuk yang mati maka semakin efektif pula bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan sirih.
Hasil dari praktikum bioinsektisida ini adalah bioinsektisida jenis daun jeruk yaitu, jumlah jentik-jentik nyamuk yang mati sebanyak 7 ekor dalam waktu 5 menit. Bioinsektisida jenis daun seledri yaitu, tidak ada jentik-jentik nyamuk yang mati dalam waktu 5 menit. Dan bioinsektisida jenis daun sirih yaitu, jumlah jentik-jentik yang mati sebanyak 10 ekor dalam waktu 5 menit. Daun Sirih dan daun jeruk dapat bekerja secara efektif mematikan jentik-jentik nyamuk karena, didalam daun sirih terdapat kandungan minyak atsiri yang didalamnya terdiri dari fenol dan alkaloid sebagai daya pembunuh bakteri, antioksidan, fungisida, dan anti jamur. Sedangkan kandungan didalam daun jeruk terdapat limonoid yang bekerja menghambat pergantian kulit pada larva, hal ini dimaksudkan menghambat pertumbuhan larva. Kesimpulannya, pertama, bioinsektisida yang telah dibuat dapat digunakan oleh masyarakat kecuali bioinsektisida dari daun seledri. Kedua, pengaruh bioinsektisida dari daun jeruk, seledri, dan sirih, terhadap jentik-jentik nyamuk yaitu, jentik-jentik mati secara efektif kecuali bioinsektisida dari daun seledri. Karena, tidak ada jentik-jentik yang mati satupun. Dan ketiga, dari ketiga bioinsektisida tersebut, yang paling efektif untuk membuat jentik-jentik nyamuk cepat mati yaitu bioinsektisida dari daun sirih. Adapun saran-saran, yaitu  dengan adanya pembuatan bioinsektisida alami dari daun jeruk, seledri, dan sirih masyarakat akan lebih terhindar dari penyakit. Karena bahan-bahannya tidak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya bagi tubuh manusia. Adapun tanaman lain yang dapat digunakan menjadi alternatif bioinsektisida, yaitu dari tanaman bawang merah, bawang putih, bengkuang, dan cabai. Anda dapat mencobanya dengan cara yang sama tetapi bahan utama bioinsektisidanya yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

BY : CHESA PUTRI MEUTIA ( XII IPA 3 / 12 )




Tidak ada komentar:

Posting Komentar